Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd (Ka. Prodi. PKLH UNS) foto bareng aku, sakdurunge
acara Wisuda Program Sarjana, Program Pascasarjana, Program Doktor, Kemis tanggal 1 Desember 2011
Hari Kamis, tanggal 1 Desember 2011 merupakan hari sangat keramat dan bersejarah dalam hidupku, pecah sudah obsesiku, yang selama hampir 35 tahun selalu membayangiku, sebagai bocah Nggunung cedak lutung adoh warung, mangane sega jagung nganggo sampal, jangane jangan lumbu, merupakan Karunia Sanghyang Adi Buddha (Tuhan Yang Maha Esa) mengabulkan doa dan harapanku untuk dapat menikmati manisnya meja belajar UNS. Sekitar tahun 80an, aku masih kecil, desaku Sampetan yang berada di lereng gunung Merbabu, mendapat anugerah dengan kehadiran Mahasiswa UNS yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat. Pinter-pintar, ganteng-ganteng, ayu-ayu, cakep-cakep, kemanapun mereka pergi selalu dielu-elukan oleh masyarakat desa, itulah yang aku lihat. Mas Joko, entah nama belakangnya apa, yang paling populer kala itu, beliau begitu aktif dalam semua kegiatan di dukuh-dukuh, berbagai grup kesenian, seperti seni ketoprak, seni wayang wong, seni reog, seni kaparajuritan, seni rodat, dan lain-lain yang menjadi satu-satunya jenis hiburan yang dapat dinikmati masyarakat dibina dan dibimbing hingga mendapat pengakuan dari Pemerintah dengan diterbitkannya IDAKOP dari Dinas P dan K Kabupaten Boyolali.
Aku sendiri adalah anak tertua dari 5 bersaudara, Bapakku Darmo Mingan dan simbokku Sarmi memiliki lima anak aku yang tertua, adikku laki-laki satu orang Suwarno, perempuan ada tiga Marni, Martini, dan Partini. Orangtuaku hanya mendapat warisan tegal 1000 M2, untuk mencukupi kebutuhan dengan menanam segala macam tanaman seperti jagung, enthik, ganyong/midro, pohung/ketela pohon, dan lain-lain. tidak pernah terpikirkan oleh bapakku untuk menanam tembakau atau jenis tanaman lain untuk meningkatkan penghasilan. bisa mencukupi perut anak-anaknya saja sudah merupakan anugrah bagi bapakku. ada kalanya bapakku terkena paceklik, tanaman yang ditanam bapakku tidak bisa menghasilkan jagung seperti apa yang diharapkan, simboklah yang berusaha keras mengolah apa saja yang bisa dimakan, segopeli (sego sekepel kluban sak kwali) merupakan hal yang biasa bagi kami. Kemudian bapakku nggaduh ladang dengan nanam bagi hasil lahan milik mbah Sastro Krondo almarhum, bapak meratakan tanah beran yang tidak ditanami, dari pagi sampai petang bapakku terus mencakul, nylodom lahan supaya bisa mendapat beberapa keranjang jagung, namun sia-sia usaha bapakku, karena setelah tanah siap ditanami maka lahan diminta kembali oleh pemiliknya.
Bapakku tidak marah atau putus asa, lalu merantau ke Jakarta untuk bekerja Nggraji dengan paklik Kamto, paklik Rusdi dan lain-lain. saat bapakku boro itulah KKN dari UNS datang ke Desaku di Sampetan. Tahun 1986 aku lulus SD, impianku untuk seperti mas-mas yang KKN selalu tergiang-ngiang dalam benakku, maka aku harus melanjutkan sekolah, atas bantuan Bapak Raharjo, Pensiunan TNI di Koramil Ampel yang menjadi tetanggaku aku disuruh masuk SMPK Sanjaya, jaraknya dengan tempat tinggalku kurng lebih 10Km, dan dengan berjalan kaki bersama Dodo Gumuk, Kasino Selorejo, Nyarmi, Lik Markumi, Lik Parti Pagerjurang, Nanto Karangboyo, kami berjalan bersama menuju sekolah.
Tahun 1988 aku lulus SMP dan melanjutkan ke PGAB Smaratungga, Dodo Gumuk ke SFMA Ampel yang lain-lain tidak tahu kecuali lik Parti ke SMA Tunas Harapan Ampel, dan lik Markumi juga seperti aku ke PGAB Smaratungga.
Tahun 1992 aku lulus PGA, mau melanjutkan tidak punya uang, maka aku memutuskan untuk mengayuh becak, karena aku sangat tidak senang diperintah atau disuruh-suruh oleh Majikan, maka aku memutuskan untuk menjadi penarik becak, yang penting aku jangan jadi pencuri, pekerjaan apa saja aku lakukan.
Romo Hadi Bodhipala, mantan Guruku waktu di PGAB Smaratungga menganjurkan aku untuk kuliah Program DII PAB, dan ingat akan mas-mas yang KKN dulu akupun ikut kuliah di IIAB Smaratungga, tahun 1992 Ujian Negara DII aku dipaksa ikut oleh romo Hadi walaupun aku belum bayar biaya kuliah.
Tahun 2000 aku pinjam Ijazah untuk aku fotocopy supaya bisa mengikuti ujian CPNS dan atas kebaikan Bapak Kartomo,S.Ag, selaku Pimpinan IIAB Smaratungga aku bisa mengikuti Ujian CPNS. dan mulai tahun inilah hidupku berubah dari tukang becak selama hampir 7 tahun, pedagang asongan menjadi guru. niatku untuk terus belajar tidak habis dan tahun 2006 aku melanjutkan transfer S1 PAB, dan tahun 2009 lulus, kemudian secara resmi menjadi Sarjana Agama Buddha. Kebijakan Ditjen Bimas Buddha untuk meningkatkan SDM bagi para pegawainya memungkinkan aku melanjutkan program pascasarjana dan aku melanjutkan di Program Pascasarjana PKLH UNS.
Maka hanya ucapan terima kasih yang dapat aku sampaikan kepada:
1. Bapakku (Alm) Darmo Mingan, yang selalu menasehatiku, "apa wae sing ditindakake wong liya, nek, ra seneng ras usah mbok aruh-aruhi, bing nek senang ilonana"
2. Simbokku Sarmi, yang selalu mencukupi semua kebutuhanku selama aku masih kecil hingga seperti sekarang ini.
3. Bapak Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI, yang membiayai pendidikan program pascarsarjana di UNS.
4. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd, yang telah membimbingku hingga menjadi Magister.
5. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto,SU, yang telah membimbingku tanpa henti-hentinya hingga selesainya tesisku.
6. Drs. Made Sukarno, SH, M.Pd, pembimbingku yang begitu teliti melihat kesalahan-kesalahan selama aku melakukan penelitian, dan penyusunan tesis.
7. Semua yang tidak dapat aku sebutkan, yang mungkin terlupakan telah membantuku, melalui kolom ini hanya Ucapan Terima Kasih setulus-tulusnya aku sampaikan, semoga semua yang telah membantuku senantiasa mendapatkan ayu, vanno, sukham, bhallam.
Sampetan, 21 Maret 2012
(walau lama tapi saat ini aku baru mampu menyampaikannya)