Pembelajaran 3 Kisah Orang Yang Terkena Panah Beracun
Tugas Belajar di Rumah
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Kelas 6 Semester Ganjil 2020/2021
A. Kisah Orang yang Terkena Panah Beracun
Khotbah ini disampaikan berkenaan dengan pertanyaan Mālunkyāputta kepada Sang Buddha.
Diceritakan pada suatu ketika Sang Bhagavā berada di Jetava, taman milik Anathapindika, Savathi. Di saat Yang Mulia Mālunkyāputta sedang sendirian dalam meditasi, buah pikiran berikut ini muncul dalam pikirannya:
• ‘Dunia adalah abadi’ dan ‘dunia adalah tidak abadi’;
• ‘Dunia adalah terbatas’ dan ‘dunia adalah tidak terbatas’;
• ‘Jiwa adalah sama dengan badan’ dan ‘jiwa adalah satu hal dan badan adalah hal lainnya’;
• ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ dan ‘Sang Tathāgata tidak ada setelah kematian’; dan
• ‘Sang Tathāgata ada juga tidak ada setelah kematian’ dan ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
Apa yang dipikirkan oleh Yang Mulia Mālunkyāputta, telah dibiarkan tidak dijelaskan oleh
Sang Bhagavā.
Atas kondisi tersebut, Yang Mulia Mālunkyāputta berkeinginan mendatangi Sang Bhagavā dan menanyakan kepada-Nya makna dari hal tersebut. Jika Ia menyatakan kepadaku maka aku akan menjalani kehidupan suci di bawah Beliau; jika Ia tidak menyatakan hal-hal ini kepadaku, maka aku akan meninggalkan latihan ini dan kembali kepada kehidupan rendah.”
Kemudian, pada malam harinya, Yang Mulia Mālunkyāputta bangkit dari meditasinya dan menghadap Sang Bhagavā. Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau:
Yang Mulia, sewaktu aku sendirian dalam meditasi, buah pikiran berikut ini muncul dalam pikiranku: ‘Pandangan-pandangan spekulatif ini telah dibiarkan tidak dijelaskan oleh Sang Bhagavā. Jika Sang Bhagavā tidak menyatakan hal-hal ini kepadaku, maka aku akan meninggalkan latihan ini dan kembali kepada kehidupan rendah.
Selanjutnya Yang Mulia Mālunkyāputta menanyakan dan meminta penjelasan kepada Sang Bhagavā, tentang buah pikirannya yang muncul di saat meditasinya. Seperti “Apakah alam semesta ini kekal abadi. Apakah alam semesta ini tidak kekal abadi. Apakah alam semesta ini berbatas. Apakah alam semesta ini tidak berbatas. Apakah jiwa itu sama dengan badan. Apakah jiwa itu lain dengan badan. Apakah Sang Tathagata ada sesudah kematian. Apakah Sang Tathagata ada dan tidak ada sesudah kematian. Apakah Sang Tathagata tidak ada dan bukan tidak ada sesudah kematian?”
Selanjutnya, Sang Bhagavā menanyakan apakah Ia pernah memberikan janji kepadanya, untuk menjelaskan itu semua, agar menjalani kehidupan suci di bawah Sang Buddha? Yang Mulia Mālunkyāputta menjawab, “Tidak, Yang Mulia.”
Untuk memberikan pencerahan Sang Bhagavā membuat cerita perumpamaan sebagai berikut: “Misalkan, Mālunkyāputta, seseorang yang terluka oleh anak panah beracun, dan teman-teman dan sahabatnya, sanak saudara dan kerabatnya, membawa seorang ahli bedah untuk merawatnya.
Orang itu berkata: ‘aku tidak akan membiarkan ahli bedah ini mencabut anak panah ini hingga aku mengetahui apakah orang yang melukaiku adalah seorang mulia atau seorang brahmana atau seorang pedagang atau seorang pekerja.’ Dan ia mengatakan: ”aku tidak akan membiarkan ahli bedah ini mencabut anak panah ini hingga aku mengetahui nama dan suku dari orang yang melukaiku. Hingga aku mengetahui apakah orang yang melukaiku tinggi; pendek; atau sedang. Hingga aku mengetahui apakah orang yang melukaiku berkulit gelap atau cokelat atau keemasan. Hingga aku mengetahui apakah orang yang melukaiku hidup di desa; kota; pemukiman atau apa. Hingga aku mengetahui apakah busur yang melukaiku adalah sebuah busur panjang atau busur silang. Hingga aku mengetahui apakah tali busur yang melukaiku terbuat dari serat atau buluh atau urat atau rami atau kulit kayu. Hingga aku mengetahui apakah tangkai anak panah itu adalah alami atau buatan. Hingga aku mengetahui dari bulu apakah tangkai anak panah yang melukaiku itu dipasangkan, apakah dari burung nasar; burung bangau; burung elang; burung merak; atau burung jangkung. Hingga aku mengetahui dengan urat jenis apakah tangkai anak panah itu diikat. Apakah urat sapi; kerbau; rusa; atau monyet. Hingga aku mengetahui jenis mata anak panah apakah yang melukaiku. Apakah berpaku; berpisau; melengkung; berduri; atau bergigi-anak-sapi; atau berbentuk-tombak.“ Semua ini masih tetap tidak akan diketahui oleh orang itu dan sementara itu orang itu akan mati. Demikian pula, Mālunkyāputta, jika siapapun mengatakan sebagai berikut: ‘aku tidak akan menjalani kehidupan suci di bawah Sang Bhagavā hingga Sang Bhagavā menyatakan kepadaku “dunia adalah abadi” atau “Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian,” hal itu masih tetap tidak akan dinyatakan oleh Sang Bhagavā dan sementara itu orang itu akan mati.
Sesudah itu Sang Buddha menerangkan kepada Mālunkyāputta bahwa menuntut penghidupan suci tidaklah tergantung kepada hal-hal tersebut di atas. Pandangan apa pun yang dimiliki orang mengenai soal-soal yang dikemukakannya di atas, ketahuilah, tetap akan ada kelahiran, usia tua, kelapukan, kematian, kesedihan, keluh-kesah, kesakitan, kekecewaan, kemalangan; sedangkan permusuhannya dapat kita lakukan dalam kehidupan
ini juga. “Dari itu Mālunkyāputta, ingatlah baik-baik tentang apa yang Aku terangkan dan jangan hiraukan apa yang Aku tidak terangkan. Apakah hal-hal yang Aku tidak terangkan?
“Mengapakah Aku membiarkan hal-hal itu tidak dinyatakan? Karena tidak bermanfaat, bukan bagian dari dasar-dasar kehidupan suci, tidak menuntun menuju kekecewaan, menuju kebosanan, menuju lenyapnya, menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna. Itulah sebabnya mengapa Aku membiarkannya tidak dinyatakan”.
“Dan apakah yang telah Kunyatakan? ‘Ini adalah penderitaan, telah Aku nyatakan. Ini adalah asal-mula penderitaan, telah Aku nyatakan. Ini adalah lenyapnya penderitaan, telah Aku nyatakan. Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan, telah Aku nyatakan.
“Mengapakah Aku menyatakannya? Karena bermanfaat, menjadi bagian dari dasar dasar kehidupan suci, menuntun menuju kekecewaan, menuju kebosanan, menuju lenyapnya, menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna. Itulah sebabnya mengapa Aku menyatakannya. “Oleh karena itu, Mālunkyāputta, ingatlah apa yang Kubiarkan tidak dinyatakan sebagai tidak dinyatakan, dan ingatlah apa yang telah dinyatakan oleh-Ku sebagai dinyatakan.” Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Mālunkyāputta merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.
👉Menanya
Setelah amati video dan
baca cerita tentang kisah orang yang terkena panah beracun dengan cermat kemudian
ungkapkan pendapat serta pertanyaanmu hubungan kedua cerita diatas!
Pendapatku:
1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
(silahkan tambah pendapatmu)
Pertanyaanku:
1. ...................................... ?
2. ...................................... ?
3. ...................................... ?
(silahkan tambah pertanyaanmu)
😎 Mengumpulkan Data
Berdasarkan hasil bacaan dan pengamatanmu terhadap gambar dan teks bacaan diatas, diskusikan bersama orang tuamu untuk:Mencatat informasi penting apa saja yang kamu dapatkan dalam gambar/video dan bacaan di atas.😎 Mengolah Data
Ayo kelompokkan semua jawaban dan informasi yang kamu dapat. Hati-hati apakah jawaban yang kamu peroleh sudah sesuai dengan tujuan pertanyaanmu atau belum. Terakhir buatlah kesimpulannya dengan kalimat yang jelas.
😎 Menalar
Ayo, kelompokkan semua jawaban dan informasi yang kamu dapat. Hati-hati apakah jawaban yang kamu peroleh sudah sesuai dengan tujuan pertanyaanmu atau belum. Terakhir buatlah kesimpulannya di bawah ini dengan kalimat yang jelas.
😎 Mengkomunikasikan
Ayo, ceritakan kisah orang yang terkena panah beracun yang pernah terjadi di lingkungan sekitarmu!
Sampaikan pendapatmu:
1. Apa yang menarik perhatianmu?
2. Apa yang kamu lihat?
3. Apa yang bisa kamu lakukan?
4. Keteladanan apa yang perlu ditiru?
5. Apa pesan moral yang kamu dapat?
😎 Penutup
Pada pertemuan pelajaran agama Buddha besok ada perubahan jadwal, untuk pembelajaran pendidikan agama Buddha dan Budi Pekerti kelas 6 hari Rabu, 6 Agustus 2020,
Demikian materi pembelajaran hari ini ingat belajarlah di rumah dengan tekun, jangan keluar rumah jika tidak mendesak dan sangat penting, hindari kontak dengan orang asing, jaga kebersihan, dan jangan lupa cuci tangan dengan bersih sebelum makan, jaga kebersihan, sehingga selamat dari virus corona atau covid19.
Selamat beristirahat, jangan lupa belajar
⏩⏩⏩⏩ TUGAS
⏪⏪⏪⏪
silahkan mengerjakan tugas
Tugas Evaluasi pembelajaran klik
JANGAN LUPA TULIS NAMA DI KOMENTAR UNTUK DAFTAR HADIR DALAM PELAJARAN INI DAN KLIK JUGA DAFTAR HADIR DI GOOGLE FORM
PRESENSI KLIK
No comments:
Post a Comment